Chapter 1
Berawal dari kebisuan yang teramat
bisu, selaksa.. lantunan itu membawaku mengikuti setiap jengkal langkahmu..
bersama kelamnya malam yang menjemput setiap mimpi untuk mengikutinya, ku
beranikan diri menyusuri tepian jalan itu.. jalan terjal berliku yang ada di
depanku.. Aku hanya bisa berjalan, dan berjalan tak tahu kemana arah tujuan..
Kau yang mnuntunku.. nyanian yang keluar dari hatimu, aku bisa mendengarnya..
dan akan ku nyanyikan kembali saat kau lupa akan liriknya.. lirik tentang kita..
tentang segala masa lalu yang letih, hujamkan perih di hidupku..
Kita, hanyalah bidak kecil dalam
papan permainan sang takdir.. segala langkah kita, Dialah yang menentukannya.
Pernah, Cinta menggelayuti anganku, membuaiku dengan puisi.. Pernah, pilu
menghujamku dengan caciannya yang amat menyakitkan, hingga kini, airmata yang
tertumpah belum jua kering, kau pergi dan meninggalkanku bersama kehampaan.. kutukan
Cinta yang terlalu pedih ku rasa.. Kau bawa lentera hidupku bersamamu, hingga
aku tak tahu arah.. kemana kaki ini berlari, kemana mata ini memandang? Aku tak
tahu lagi akan semuanya. Tapi aku memang tak pernah tahu tentang apapun.. aku
tak pernah sadar. Bahwa selama ini kehidupan telah menyeretku, dan menjeratku
dalam jaring jaring Sesatnya.. aku bahkan tak tahu bahwa kau telah
meninggalkanku, jauh sebelum kau ucapkan selamat tinggal.. rasa sakit ini, tak
bisa terkata, rasa yang ada dalam hatiku, bahkan pujangga pun tak dapat
melafalkannya. Apa tak terlihat dari guratan mataku? Apa tak terdengar dari
parau jerit hatiku? Apakah kau tak bisa merasakannya? Pernahkah kau
merasakannya? jika kau belum pernah merasakan Kepiluan yang ku rasakan, itu
wajar, karna kau tak pernah mencintai seseorang sedalam aku mencintaimu..
bahkan kurasa tak seorangpun pernah.. aku telah memasuki ruang terlarang
kehidupan, dan meminum tetesan air yang mengalir dari guratan di dinding itu..
bukan karna kehausan.. tapi hatiku yang telah menuntunku kesana..
Sekejap aku terdiam dan terpaku,
tak bisa alihkan pandangan dari dirimu, tercengang seketika.. ku kira kau
bidadari.. dengan segala kesempurnaannya.. tak ku sangka kau lah iblis yang
menjelma, memasuki hidupku dan menghancurkannya.. tapi siapa yang salah? Kau
yang menghancurkan hidupku? Atau aku yang membiarkanmu memasuki kehidupanku?
Kini aku hanya bisa meratap. Setelah semua yang tersirat, setelah semua yang
terungkap, aku tak pernah sadar, bahwa kau bukan milikku, selamanya bukan
milikku, dan tak akan pernah menjadi milikku.. hatimu terlampau dingin untuk ku
sandingkan dengan hatiku, hatimu sehangat pelukan badai, secerah kelamnya malam,
selembut dan sehalus karang di lautan. Tak tahu lagi bagaimana
mengungkapkannya.
Kehidupan dimulai dengan cinta,
setiap helai nafas kita, hanya tersebut namanya… lalu, dimana kata cinta itu
untukmu? Apakah benar kata yang pernah kau ucap itu keluar dari hatimu? Atau
aku hanyalah kiasan dari kata putus asa yang kini sedang kau akui
keberadaannya? Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu.. jika kau tak ingin
kehilangan ku, lalu mengapa kau tinggal kan aku? Jika kau tak ingin
menyakitiku, mengapa kau buang cinta dariku? Jikau kau memang ingin
membahagiakan aku, mengapa kau tinggalkan aku? Dimana letak kebahagian itu
baginu? Apakah kesendirianlah yang kau maksud kebahagian? Ataukah patah hati yang
kau sebut anugereh cinta? Kau selalu berkata bahwa kau bukan yang terbaik
untukku, memang aku akui hal itu… tapi, tak harus menjadi yang terbaik untuk
membawa kebahagian kedalam kehidupan seseorang… aku sudah cukup bahagia saat
itu, Entah kau merasa atau tidak, tapi yang ku rasakan hanyalah, aku begitu
mencintaimu, hingga berkorban untukmu adalah kebahagiaan terbesarku… tak
cukupkah sikapku selama ini padamu? Aku selalu menyayangimu, memberikan yang
terbaik untukmu, dan memujamu laksana dewi.. apa itu tak cukup? Apa itu tak
bisa memberi kebahagiaan dalam hidupmu? Kalau hal itu tak bisa membuatmu
bahagia, lalu seperti apa kebahagiaan yang kau inginkan? Apakah kebahagiaan
yang bertumpu nafsu yang kau mau? Aku bisa memberinya.. mungkin lebih.. tapi,
kenapa kau tak sekali saja meminta untuk sesuatu yang kau inginkan? Mengapa
semua harus kau rebut? Tak bisakah kau meminta dengan lapang dada? Atau egomu
yang menghalangi mu meminta sesuatu yang kau mau? Tapi kau bisa meminta sesuatu
dari orang lain, mengapa tak kau minta sesuatu dariku? Agar aku bisa berikan
apa yang kau inginkan.. agar aku bisa membahagiakanmu, dan kau bisa
membahagiakanku.. tak pernahkah terbesit dalam hatimu tentang perasaanku? Jika
kau tak ingin membebanoku dengan keburukanmu, mengapa kau bebani aku dengan
patah hati? Bukankah perih dari luka itu lebih perih daripada memikul sejuta
duka? Mungkin tak dapat kau lihat dari mataku jika kau ingin derita itu terbias
dari sana.. tak mungkin bisa terlihat disana.. aku terlalu pandai membohongi
diriku sendiri.. terlalu lama ku bohongi diriku sendiri.. tapi aku tak pernah
membohongimu seperti kau bohongi aku.. itulah perbedaan mendasar diantara
kita.. aku tak pernah bisa berbohong dengan orang yang aku cintai,sedangkan kau
selalu membual tentang cinta… mungkin itu juga, yang bisa membuatmu bahagia..
melihat orang yang mencintaimu sepenuh hati, pergi dengan sepenggal derita di
tangannya.. sambil berurai air mata, ku tafsirkan ini semua..
Namun, hidup tak selalu tentang
cinta, cinta hanyalah lentera, untuk tentukan arah kita.. hanya cintalah
sebagai pelita.. dan aku punya jalan untuk ku lalui, tebing untuk ku daki,
serta lautan untuk ku selami.. tak mungkin aku selamanya tenggelam dalam palung
derita ini.. tak mungkin selamanya aku terkurung sangkar sembilu.. aku tetap
akan melangkah, aku harus melangkah..
Chapter 2
Langkah ini ku mulai dengan
berjalan mengelilingi hatiku.. setelah aku tahu, luka seperti apa yang
menyiksaku, maka akupun teruskan perjalananku mencari penawar lukaku.. aku
mulai dengan sebuah hati yang telah lama menginginkanku hadir dalam
kehidupannya.. dia tak sempurna, sangat jauh dari sempurna.. namun dari hati itu aku temukan seberkas cahaya,
mungkin cahaya itu bisa menghapus luka di dada ini.. aku coba mendekatinya, ku
tanamkan hati ini ke dalamnya.. perlahan tapi pasti, hati ini kembali terisi
cinta.. dan setelah yang ku alami dengan wanitaku sebelumnya, kini tak akan
pernah ku biarkan hatiku penuh oleh amuk asmara, aku cukupkan saja untuk
menambal luka di ruam itu.. Namun, sayatan yang wanitaku hujamkan ke dadaku,
Sungguh dalam, darahnya terus menetes.. mulai merasuk ke dalam lambungku.. “aku
masih terluka rupanya” bisikku kedalam hatiku sendiri.. mungkin kembali
mencinta bukanlah pilihan terbaik untukku saat ini, karna saat cinta ini berahir,
hanya akan timbulkan luka baru untukku.. Sementara semua luka yang pernah di
buat oleh cinta itu, masih terus mengalirkan darah.. aku terhenyak sesaat..
mungkin harusnya aku pergi dan menikah saja, agar hati ini tidak terus terusan
menangis demi cinta… aku berbisik perlahan.. kapan penderitaanku akan berahir?
Aku bertanya kepada langit, dan ia hanya menatapku kosong sambil tersenyum…
Baru aku tersadar, langit jua
adalah korban dari cinta.. ia selalu menyelimuti bumi dengan tubuhnya yang
rapuh.. Sementara bumi dengan angkuhnya menyayatkan sedikit demi sedikit luka
di tubuhnya.. hingga terkoyak sudah pelukan hangatnya.. Dan bumi terkoyak jua
oleh sengatan mentari.. Sementara bulan, ia hanya melihat dan terkekeh, karena
matahari hanya dapat memperindah dirinya, tak pernah dapat menyayat hatinya..
mungkin itu jua yang ingin kau tunjukkan, kau ingin terkekeh dibalik
kesengsaraan seseorang.. namun kenapa kau pilih aku sebagai tumbalmu? Kenapa
kau pilih orang yang benar benar mencintaimu? Atau karena aku adalah satu
satunya orang di dunia ini yang cukup bodoh untuk kau tipu? Untuk kau buai
dengan syair syair indahmu? Yang kau katakan nyanyian dari hati, padahal adalah
jeritan Kepiluan dusta? Selalu, aku hanya bisa berfikir, berfikir, dan
berfikir.. tak pernah cukup waktuku untuk berfikir.. hanya itu yang aku bisa..
aku terlalu pengecut untuk bertindak.. mungkin sebab itu pula kau
meninggalkanku.. Karena aku adalah pecundang pengecut, yang hanya bisa berkata
kata..
Sang takdir telah
mempermainkanku.. Aku tak pernah sadar akan hal itu.. Yang ku bisa hanyalah
menjalani hidupku hari demi hari, langkah demi langkah.. Hingga mungkin nanti
aku akan mengerti arti kehidupan dan bisa mejalaninya dengan ikhlas..