Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Juni 2012

KELANA



Chapter 1

Berawal dari kebisuan yang teramat bisu, selaksa.. lantunan itu membawaku mengikuti setiap jengkal langkahmu.. bersama kelamnya malam yang menjemput setiap mimpi untuk mengikutinya, ku beranikan diri menyusuri tepian jalan itu.. jalan terjal berliku yang ada di depanku.. Aku hanya bisa berjalan, dan berjalan tak tahu kemana arah tujuan.. Kau yang mnuntunku.. nyanian yang keluar dari hatimu, aku bisa mendengarnya.. dan akan ku nyanyikan kembali saat kau lupa akan liriknya.. lirik tentang kita.. tentang segala masa lalu yang letih, hujamkan perih di hidupku..

Kita, hanyalah bidak kecil dalam papan permainan sang takdir.. segala langkah kita, Dialah yang menentukannya. Pernah, Cinta menggelayuti anganku, membuaiku dengan puisi.. Pernah, pilu menghujamku dengan caciannya yang amat menyakitkan, hingga kini, airmata yang tertumpah belum jua kering, kau pergi dan meninggalkanku bersama kehampaan.. kutukan Cinta yang terlalu pedih ku rasa.. Kau bawa lentera hidupku bersamamu, hingga aku tak tahu arah.. kemana kaki ini berlari, kemana mata ini memandang? Aku tak tahu lagi akan semuanya. Tapi aku memang tak pernah tahu tentang apapun.. aku tak pernah sadar. Bahwa selama ini kehidupan telah menyeretku, dan menjeratku dalam jaring jaring Sesatnya.. aku bahkan tak tahu bahwa kau telah meninggalkanku, jauh sebelum kau ucapkan selamat tinggal.. rasa sakit ini, tak bisa terkata, rasa yang ada dalam hatiku, bahkan pujangga pun tak dapat melafalkannya. Apa tak terlihat dari guratan mataku? Apa tak terdengar dari parau jerit hatiku? Apakah kau tak bisa merasakannya? Pernahkah kau merasakannya? jika kau belum pernah merasakan Kepiluan yang ku rasakan, itu wajar, karna kau tak pernah mencintai seseorang sedalam aku mencintaimu.. bahkan kurasa tak seorangpun pernah.. aku telah memasuki ruang terlarang kehidupan, dan meminum tetesan air yang mengalir dari guratan di dinding itu.. bukan karna kehausan.. tapi hatiku yang telah menuntunku kesana..

Sekejap aku terdiam dan terpaku, tak bisa alihkan pandangan dari dirimu, tercengang seketika.. ku kira kau bidadari.. dengan segala kesempurnaannya.. tak ku sangka kau lah iblis yang menjelma, memasuki hidupku dan menghancurkannya.. tapi siapa yang salah? Kau yang menghancurkan hidupku? Atau aku yang membiarkanmu memasuki kehidupanku? Kini aku hanya bisa meratap. Setelah semua yang tersirat, setelah semua yang terungkap, aku tak pernah sadar, bahwa kau bukan milikku, selamanya bukan milikku, dan tak akan pernah menjadi milikku.. hatimu terlampau dingin untuk ku sandingkan dengan hatiku, hatimu sehangat pelukan badai, secerah kelamnya malam, selembut dan sehalus karang di lautan. Tak tahu lagi bagaimana mengungkapkannya.

Kehidupan dimulai dengan cinta, setiap helai nafas kita, hanya tersebut namanya… lalu, dimana kata cinta itu untukmu? Apakah benar kata yang pernah kau ucap itu keluar dari hatimu? Atau aku hanyalah kiasan dari kata putus asa yang kini sedang kau akui keberadaannya? Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu.. jika kau tak ingin kehilangan ku, lalu mengapa kau tinggal kan aku? Jika kau tak ingin menyakitiku, mengapa kau buang cinta dariku? Jikau kau memang ingin membahagiakan aku, mengapa kau tinggalkan aku? Dimana letak kebahagian itu baginu? Apakah kesendirianlah yang kau maksud kebahagian? Ataukah patah hati yang kau sebut anugereh cinta? Kau selalu berkata bahwa kau bukan yang terbaik untukku, memang aku akui hal itu… tapi, tak harus menjadi yang terbaik untuk membawa kebahagian kedalam kehidupan seseorang… aku sudah cukup bahagia saat itu, Entah kau merasa atau tidak, tapi yang ku rasakan hanyalah, aku begitu mencintaimu, hingga berkorban untukmu adalah kebahagiaan terbesarku… tak cukupkah sikapku selama ini padamu? Aku selalu menyayangimu, memberikan yang terbaik untukmu, dan memujamu laksana dewi.. apa itu tak cukup? Apa itu tak bisa memberi kebahagiaan dalam hidupmu? Kalau hal itu tak bisa membuatmu bahagia, lalu seperti apa kebahagiaan yang kau inginkan? Apakah kebahagiaan yang bertumpu nafsu yang kau mau? Aku bisa memberinya.. mungkin lebih.. tapi, kenapa kau tak sekali saja meminta untuk sesuatu yang kau inginkan? Mengapa semua harus kau rebut? Tak bisakah kau meminta dengan lapang dada? Atau egomu yang menghalangi mu meminta sesuatu yang kau mau? Tapi kau bisa meminta sesuatu dari orang lain, mengapa tak kau minta sesuatu dariku? Agar aku bisa berikan apa yang kau inginkan.. agar aku bisa membahagiakanmu, dan kau bisa membahagiakanku.. tak pernahkah terbesit dalam hatimu tentang perasaanku? Jika kau tak ingin membebanoku dengan keburukanmu, mengapa kau bebani aku dengan patah hati? Bukankah perih dari luka itu lebih perih daripada memikul sejuta duka? Mungkin tak dapat kau lihat dari mataku jika kau ingin derita itu terbias dari sana.. tak mungkin bisa terlihat disana.. aku terlalu pandai membohongi diriku sendiri.. terlalu lama ku bohongi diriku sendiri.. tapi aku tak pernah membohongimu seperti kau bohongi aku.. itulah perbedaan mendasar diantara kita.. aku tak pernah bisa berbohong dengan orang yang aku cintai,sedangkan kau selalu membual tentang cinta… mungkin itu juga, yang bisa membuatmu bahagia.. melihat orang yang mencintaimu sepenuh hati, pergi dengan sepenggal derita di tangannya.. sambil berurai air mata, ku tafsirkan ini semua..

Namun, hidup tak selalu tentang cinta, cinta hanyalah lentera, untuk tentukan arah kita.. hanya cintalah sebagai pelita.. dan aku punya jalan untuk ku lalui, tebing untuk ku daki, serta lautan untuk ku selami.. tak mungkin aku selamanya tenggelam dalam palung derita ini.. tak mungkin selamanya aku terkurung sangkar sembilu.. aku tetap akan melangkah, aku harus melangkah..


Chapter 2

Langkah ini ku mulai dengan berjalan mengelilingi hatiku.. setelah aku tahu, luka seperti apa yang menyiksaku, maka akupun teruskan perjalananku mencari penawar lukaku.. aku mulai dengan sebuah hati yang telah lama menginginkanku hadir dalam kehidupannya.. dia tak sempurna, sangat jauh dari sempurna.. namun  dari hati itu aku temukan seberkas cahaya, mungkin cahaya itu bisa menghapus luka di dada ini.. aku coba mendekatinya, ku tanamkan hati ini ke dalamnya.. perlahan tapi pasti, hati ini kembali terisi cinta.. dan setelah yang ku alami dengan wanitaku sebelumnya, kini tak akan pernah ku biarkan hatiku penuh oleh amuk asmara, aku cukupkan saja untuk menambal luka di ruam itu.. Namun, sayatan yang wanitaku hujamkan ke dadaku, Sungguh dalam, darahnya terus menetes.. mulai merasuk ke dalam lambungku.. “aku masih terluka rupanya” bisikku kedalam hatiku sendiri.. mungkin kembali mencinta bukanlah pilihan terbaik untukku saat ini, karna saat cinta ini berahir, hanya akan timbulkan luka baru untukku.. Sementara semua luka yang pernah di buat oleh cinta itu, masih terus mengalirkan darah.. aku terhenyak sesaat.. mungkin harusnya aku pergi dan menikah saja, agar hati ini tidak terus terusan menangis demi cinta… aku berbisik perlahan.. kapan penderitaanku akan berahir? Aku bertanya kepada langit, dan ia hanya menatapku kosong sambil tersenyum…

Baru aku tersadar, langit jua adalah korban dari cinta.. ia selalu menyelimuti bumi dengan tubuhnya yang rapuh.. Sementara bumi dengan angkuhnya menyayatkan sedikit demi sedikit luka di tubuhnya.. hingga terkoyak sudah pelukan hangatnya.. Dan bumi terkoyak jua oleh sengatan mentari.. Sementara bulan, ia hanya melihat dan terkekeh, karena matahari hanya dapat memperindah dirinya, tak pernah dapat menyayat hatinya.. mungkin itu jua yang ingin kau tunjukkan, kau ingin terkekeh dibalik kesengsaraan seseorang.. namun kenapa kau pilih aku sebagai tumbalmu? Kenapa kau pilih orang yang benar benar mencintaimu? Atau karena aku adalah satu satunya orang di dunia ini yang cukup bodoh untuk kau tipu? Untuk kau buai dengan syair syair indahmu? Yang kau katakan nyanyian dari hati, padahal adalah jeritan Kepiluan dusta? Selalu, aku hanya bisa berfikir, berfikir, dan berfikir.. tak pernah cukup waktuku untuk berfikir.. hanya itu yang aku bisa.. aku terlalu pengecut untuk bertindak.. mungkin sebab itu pula kau meninggalkanku.. Karena aku adalah pecundang pengecut, yang hanya bisa berkata kata..

Sang takdir telah mempermainkanku.. Aku tak pernah sadar akan hal itu.. Yang ku bisa hanyalah menjalani hidupku hari demi hari, langkah demi langkah.. Hingga mungkin nanti aku akan mengerti arti kehidupan dan bisa mejalaninya dengan ikhlas.. 

AJAL

rindu yang menyesak di dada
ingin bertemu, ingin bersua
namun apa daya

bibir terkatup mata tertutup

hanya kebisuan terlintas
kala airmata membias

ingin ku rengkuh
tuk usap segala peluh

kala kau tngisi
nyawaku yang telah pergi
dan raga ini
tlah menjadi bagian dari mati
------------------------------

RENUNGAN SENDIRIKU

perangaimu senja
perlakukan ku
seolah bukan bagian sang fana
malam yang hadir
hanya sisip sebongkah getir

tangis riuh ku
tertimpa takdir

Hidup...
bagian apa darimu tak ku hirup?
pahit getir tlah ku reguk

sepasang kaki ini letih
ku bawa berlari
bahkan beban yang tak ku bawa
turut juga akhirnya

-------------------------------

TUHAN

demi Dia
Raja dari sgala Raja
Pencipta ada dan tiada
dari Mu mula
kepada Mu sirna

aku tak pernah bersujud
bukan tak takut
Doa selalu ku panjat

tak pernah ku ragukan Mu
dari Mu lah jasadku
yang sekarang ku tunggangi
kepada Mulah ku kembali
membawa keji peri

ampun Mu ku harap
atas gelimang laknatku
aku pasrah
tak ada tempat lari dari Mu
bahkan
diatas kolong langit Mu
maut masih mencumbu

------------------------

AKU 2

pelangi sore
betahun ku nanti hadir
sekejap pun tak


datang ku ke dunia
hampiri dirimu

tak kau lagu

aku biasan getir sang nasib

hanya...

sekuntumpun tak tersanding

aku...

hidupku hampa tanpa gulita

cahaya...

tak pernah kita dapat bersua

----------------------------

ABSTRAK

ratapan memerah batu duka
kala nyata tikam sang fana
bidak kecil yang berjalan
dalam keremangan temaram

angkuh
bangunkan ku dari dendam
ini bukan bumiku
diradang sayatan sembilu

------------------------

FILOSOFI BUTA

tiap kata yang tertampang
benci terarak
sakit menggelepar
karena nyanyian
pujangga tanpa nada

hitam legam kafan keabadian
menyelimuti kearifan

benarkah
jika bumi tak pipih
benarkah
jika pena lebih tajam
dari pedang

kecupan malam sebelum tidur
telah bangunkan sang fajar
ayampun berkokok
namun bahkan matahari
tak mampu bangkit dari mati

-------------------------

AKU

paruh waktu hidupku
kuarungi tanpa

bimbang dan kemunafikan
kujinjing serta

kafan ku kalungkan ke leherku
akan kah kau bias wahai cermin
lama tak ku lihat wajah itu
rindu juga aku rupanya

-----------------------

BOCAH

perahu berlayar di kelam malam
mengais siuhg ombak lautan
songsong pasang
membelah gelombang

camar tertidur
di iringi tarian nyiur
sementara
anak nelayan terbelalak
kantuknya tedepak
oleh lirih gemuruh
perut kecilnya yang buncit
lapar!!!



__________________________________
__________________________________

NEGERIKU?

negri pasrah bersimbah darah
angan harapan
beku berkafan

hanya kasur
tempat membujur
mampu wujudkan
sgala harapan

hamparan harta di depan mata
di sisi lain
seorang bocah meratap bathin
mencari sisa
untuk dimakan lusa


tangan tangan kecil itu
menengadah kepadamu
namu apa
kau depak sekuat tenaga

hardik mu pergi
seolah kau mahluk suci
tak seperti kau kira
suci itu m ilik mereka
-------------------------
-------------------------

Untitled


bisikan jauh
bias dendam
dendam jumpa
dendam bersama

rusuh, siuh
ramai dan berpeluh
kecipuk air
biduk ku kayuh

'dimana kau?'

barisan ikan menengadah
mencuri bayangku basah

'dimana aku?'

tersesat rupanya
sapa nazar terkekeh

'uratku lebam!'
biduk ku tambatkan
namun dalam temaram
kulihat kau di sebrang

--------------------------
--------------------------

LEBIH DARI CINTA

kau beri aku bahagia
kau bimbing aku kesana
setia?

kau beri canda
kau beri tawa
basuh semua luka
dan memar kini tersamar
sayang?

namun kau beri juga kecut,
pahit, marah, dan pilu
cemburu?

kutanya kau..
aku awam tentangnya
tapi ku kira,
kau beri aku lebih dari cinta

------------------------
------------------------

APA, SIAPA?



ku lontar cacian 
anggap mereka demikian
indah katanya..

ku teriak geram 
tertawaku dalam dendam 
merdu katanya.

tahu apa mereka tentang aku, 
cintakah ku sajak,
atau putus asakah ku lagu

mereka tak mau tahu 
mereka tetap berkata,
indah katanya,,

bagai raungan pilu sang maut
kala mereka bersorak padaku 
ataas sgala ocehan ku
dan parau jerit hatiku..
mereka tetap bilang
indah katanya..
-------------------------------
-------------------------------